Ku mulai
kisahku dengan iringan ucapan syukur Alhamdulillah atas segala
nikmat yang allah turunkan kepadaku hingga hari ini.
Rasanya
ingin meneteskan air mata ketika kupaparkan kisahku ini.semoga mengandung
hikmah yang dapat dipetik dari untaian huruf yang kuuraikan.
Awal
kisahku….
Aku dibesarkan
dikeluarga yang Alhamdulillah paham agama,sedikit banyak aku diajarkan berbagai
macam ilmu agama. Pengajaran tersebut mengiringi perjalanan hidupku
hinggaku beranjak remaja. di usia remaja aku sudah menggunakan hijab syar’I (jilbab
besar), akan tetapi seiring dengan besarnya pengaruh lingkungan terhadapku
tingkah dan pola fikirku mulai berubah.
Sosok ibu
Suatu saat
aku sendiri dikamar, ibuku mendapatiku sedang asyik mendengar musik yang jelas-jelas
aku sudah tahu bagaimana hukumnya. karena takut di marahi akupun langsung
mematikan musik dan menunduk dengan perasaan bersalah. Akan tetapi apa yang kufikirkan salah, ibuku
tak marah akan tetapi dia mengajakku bicara sambil mengelus-elus kepalaku dengan
lembut, dia menasihatiku dengan penuh kewibawaan seorang ibu, sejenak kulihat
dipelupuk matanya ada kesedihan yang begitu mendalam sehingga menetes air
matanya. dengan rasa bersalah ku peluk dia sambil menangis tersedu-sedu dan
kukatakan padanya aku tak akan mengulanginya lagi.
Pergaulanku
Karena
pengaruh lingkungan sekitar yang begitu besar terhadapku, aku mulai berubah
lagi bahkan semakin parah , aku kembali mendengar musik, bergaul
tanpa adanya batasan antara laki-laki dan perempuan, nongkrong-nongkrong bersama
teman dan berbagai maksiat lainnya. sebagaimana hal anak remaja saat itu aku
berfikir tak ingin dikekang, aku ingin bebas bergaul dengan siapa saja, punya
banyak teman, jalan-jalan,de el el. Hari-hari pun berlalu dan akupun semakin
jauh dari allah. Aku selalu beralasan pada orangtua punya kegiatan setiap hari
minggu di sekolah padahal ku gunakan hari itu untuk jalan-jalan menghabiskan
waktu bersama teman-teman, jilbabku yang besar kini berangsur menjadi kecil, orang
tuaku tidak mengetahuinya karena jika keluar dari rumah aku tetap memakainya
hanya saja aku menggantinya dirumah temanku yang berada tak jauh dari sekolah.
Semua Hal itu ku sembunyi rapat-rapat dari kedua orang tuaku agar mereka tak
mengetahuinya.
Hidayah
mulai menyapa
Hingga pada
suatu hari(tepatnya hari ahad) aku tidak ada kegiatan bersama teman-teman. Jadi
kuputuskan tuk berada dirumah saja seharian. Pada saat duduk-duduk diruang tamu
tiba-tiba aku teringat akan jadwal rutin aku untuk pengajian(tarbiah). aku ikut
tarbiyah sudah dari sejak SMP. Kebetulan rasanya sudah lama aku tidak hadir
dengan alasan sibuk sekolah . jadi kuptuskan tuk pergi menuju tempat tarbiyah .
kebetulan Pada saat itu kami tidak melanjutkan materi yang sudah terprogram. akan
tetapi murobbiyahku memberikan materi mengenai tujuan hidup manusia yang
sebenarnya. Pada saat itu beliau banyak sekali memberi nasihat yang membuat
hatiku bergetar, dan merasa takut terhadap sang pencipta. Pada saat itu juga
diperlihatkanlah kepada kami sebuah film tentang dahsyatnya siksa kubur. Seketika
itu juga perasaanku bercampur aduk dan juga tubuhku terasa terguncang,dadaku
serasa sesak, rasanya ingin menangis sejadi-jadinya karena membayangkan betapa
banyak maksiat yang kulakukan diluar sana,.
Perubahanku
dan nasihat ibuku
Sepulangnya
dari tarbiah aku banyak merenung, ku berusaha khusyu’ dalam shalat, membaca
qur’an dan bangun shalat lail. Di waktu shalat lail kutumpahkan semua isi
hatiku kepada sang khalik aku menangis sejadi-jadinya.memohon ampun atas segala
kekhilafanku selama ini. ku kerjakan shalatku dengan khusyu’ ku habiskan
malamku untuk memohon ampunan terhadap sang pencipta.
Dipagi
harinya hatiku merasa sejuk, tenang, bahagia seakan-akan aku baru merasakan
hidup yang sesungguhnya. kumulai meninggalkan semua kebiasaan burukku. Ku
ceritakan semua masalah (maksiat yang dulu ku kerjakan) yang kualami terhadap
ibuku. Karena ibuku orang yang sangat berperan dalam kehidupanku dia yang
mengajarkanku banyak hal, mengenalkan aku terhadap tuhanku yang agung, mengajariku
untuk mencintai rabbku diatas segalanya, membimbingku dengan sabar, menasihatiku
dikala aku khilaf, menyayangiku dengan segenap jiwanya.
Mendengar
cerita yang telah kupaparkan. beliau seketika menangis beliau tak menyangka aku
pernah setega itu terhadapnya, membohonginya, dsb. Akan tetapi beliau tidak marah,
beliau menasihatiku panjang lebar dan hinggga sekarang nasihatnya itu insya
allah tak pernah ku tinggalkan.
Aku
bersyukur kepada Allah subhana wata’ala atas segala limpahan nikmat ,rahmat dan
kasih sayangnya terhadap aku dan keluargaku hingga sekarang.
Satu doa
yang tak pernah kutinggalkan dalam sujud-sujudku yakni “semoga Allah memberi
tempat terbaik bagi kedua orang tuaku diakhirat, mengistiqomahkan diriku, mengaruniai
kami khusnul khatimah,d an bertemu dengan wajah Allah di akhirat”.
Terimah
kasih ya Allah atas hidayah yang engkau turunkan ke dalam hatiku.
Sumber : MADAH
subhanallah, bagus sekali ceritanya ya..
BalasHapus