Kisah ini adalah sebuah kisah yang nyata yang pernah saya
baca di salah satu majalah Islami, sebuah kisah nyata yang ditulis
oleh seorang muballigh di Afrika Selatan yang dalam tulisannya itu
beliau menceritakan kisah seorang anak yang telah berhasil membuat vatikan
berguncang. Berikut kisah selengkapnya.
Ia adalah seorang anak yang dilahirkan dari sepasang suami
istri muslim, ia adalah anak pertama mereka ketika mereka sudah mencapai usia
tua. Anak itu diberi nama AHMAD . dengan maksud untuk bertabarruk dengan nama
nabi shallallahu alaih wasallam. Ahmad lahir disuatu malam dimusim
panas tahun 1918 M diperbatasan barat India, disebuah perkampungan miskin di
kota Surat yang menghadap ke Laut Arab.
Hidupnya sama dengan kebanyakan anak kecil di perkampungan
miskin tersebut. Ia berwajah bulat dan gembung , kulit kehitam-hitaman,
tingginya sedang dan dinamis, penuh semangat . sejak kecil ia sudah menampakkan
tanda-tanda kecerdasannya.
Saat dia berusia 9 tahun, ayahnya ingin pergi ke negeri lain
untuk bekerja pada salah seorang sepupunya dengan harapan sekembali dari sana
ia dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya, karena sangat mencintai anaknya,
ia ingin jika Ahmad ikut bersamanya dengan janji bahwa ia akan kembali setelah
setahun.
Tempat yang dituju oleh Abu Ahmad saat itu adalah sebuah
kota di Afrika Selatan, yaitu kota Dirban. Tinggallah mereka disana dibawah
tanggungan anak pamannya, dan Ahmad pun disekolahkan disana. Delapan bulan
sudah mereka disana dan Ahmad selalu menanti waktu kembali untuk bisa bersua
lagi dengan sang ibunda, namun beberapa hari kemudian mereka mendengar kabar
wafatnya sang ibu dan kembalinya ia ke haribaan Sang Pencipta rahimahallah.
Mereka begitu terpukul dengan kabar tersebut, hingga akhirnya mereka memutuskan
untuk menetap di Afrika Selatan selamanya.
Abu Ahmad menjalani hidupnya bersana sang buah hati.ia mampu
menjalani peran ganda sebagai seorang ayah dan ibu pula bagi Ahmad.telah 7
tahun mereka tinggal di kota tersebut, Ahmad pun telah menuntaskan sekolahnya
hingga tingkatan menengah.Allah azza wajalla memutuskan hukumnya dan mengambil
amanahnya, berpindahlah Abu Ahmad menuju rahmat Allah azza wajalla pada tahun
1934 M. Saat itu Ahmad berusia 16 tahun . akhirnya ia meninggalkan studinya dan
mulai mencari pekerjaan. Ia bekerja banyak pekerjaan, berpindah dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lain, tidak lain karena tuntutan ekonomi. Akhirnya ia
bekerja pada seorang pemilik toko yang beragama Nashrani, berjalanlah segala
sesuatunya dengan datar dan Ahmad bekerja dengan tenang.
Hingga suatu hari ketenangan tersebut terusik dengan
terhembusnya angin kencang. Sang pemilik toko kedatangan tamu, teman sang
pemilik toko yang merupakan seorang pendeta Nashrani. Perhatian sang pendeta
teralihkan pada Ahmad,ia tahu jika Ahmad bukanlah penduduk asli Afrika Selatan.
Ia bisa berbicara dengan bahasa inggris,bahasa zulu ( bahasa negara-negara
Afrika Tengah dan Selatan ) dan bahasa urdu ( bahasa India ), saat itu Ahmad
berusia 18 tahun. Tamu pendeta itu bertanya pada temannya:
“siapa anak ini?”,
temannya menjawab:”ia bernama Ahmad”. Pendeta bertanya lagi dengan perasaan
kaget:
“seorang muslim?” “ya” jawabnya.
Pendeta: “tidakkah engkau tahu bahwa mereka menghinakan
tuhan kita dan berkata bahwa ia adalah hamba”.
Pemilik toko: “akan tetapi ia adalah anak yang jujur dan
terpercaya”
Pendeta: “walaupun seperti itu ia harus masuk Nashrani, atau
pecat dia tanpa ampun!”.
Pendeta tersebut berhasil mengobarkan fitnah dalam hati
temannya, dihadirkanlah Ahmad dihadapan sang pendeta, hingga terjadilah dialog
antara Ahmad dan tuannya.
Pemilik toko: “aku ingin menyelamatkanmu dari kesesatan”.
Ahmad: “( Ahmad merasa ada harga mahal untuk menerima
pertolongan orang itu ) apa itu?”
Pemilik toko: “sesungguhnyan pendeta ini adalah agamawan
yang mulia, ia ingin menyelamatkan domba tuhan yang hilang dan menolongmu agar
engkau menyelamatkan dirimu sehingga tuhan akan memberkatimu”.
Ahmad: “( Ahmad tahu konsekuensinya adalah murtad ) tidak,
saya muslim!”
Pemilik toko: “pikirkan dulu sebelum memutuskan!”
Namun Ahmad tetap menolak karena ia tidak mengetahui kecuali
hanya ada satu sesembahan ( Ia adalah Allah semata ), adapun Isa alaih salam
adalah Nabiyullah yang mulia, tidak lebih. Maka berkatalah pendeta tersebut
memotong pembicaraan Ahmad dan marah dengan keteguhannya terhadap agamanya dan
menolak murtad: “apakah kamu tidak tahu bahma Islam adalah agama berhala,
kalian melakukan thawaf dirumah ( baitullah ) yang didalamnya ada batu dan
Rasul kalian beristrikan 9 wanita!”.
Kemudian pendeta itu menyebutkan
semua syubhat bohong tentang agama Islam, ia banyak bicara yang tidak satupun
dapat meluluhkan hati Ahmad. Ia hanya terdiam demi menghormati
pemilik toko dengan keyakinan bahwa pemilik toko hanya membantutamunya sang
pendeta.
Akan tetapi ada perubahan yang terjadi pada pemilik toko
dihari-hari berikutnya, mencela dan memerangi Islam, Ahmad pun tak mampu
membantahnya karena ia tidak tahu hal itu secara sempurna. Hingga akhirnya ia
memutuskan untuk mendalami agama Nashrani. Ia kaji kitab-kitab mereka, bahkan
sampai menghafalkannya diluar kepala, lalu ia bandingkan dengan Al-Qur’an,
kemudian mendapati begitu banyak perbedaan diantara keduanya. Belum lerasa
cukup dengan itu semua, ia lalu melakukan perjalanan dalam membela Islam.
Pertama ia ajak berdiskusi sang pemilik toko tempatnya dahulu
bekerja, bahkan sampai membuat pemilik toko itu tak berkutik. Lalu ia lanjutkan
dengan menantang beberapa pendeta ia pun dapat menjatuhkan mereka dengan
pendapat-pendapat mereka sendiri, membuat mereka tidak mampu mempertahankan
keyakinan mereka dihadapan ribuan orang yang membanjiri ruang pertemuan. Yang
ada dalam benak Ahmad adalah ia ingin membungkam mulut orang Nashrani selamanya
agar tidak lancing menghina Islam.
Ia terus menerus melakukan debat dengan
orang-orang Nashrani yang dating ke Afrika Selatan. Ketika dialog dan debat
yang ia lakukan telah banyak,dan usianya mencapai 30 tahun, ia memulai
dialognya dengan pastur-pastur Nashrani. Sejak saat itulah nama dan suara Ahmad
ibarat petir yang mengelegar hingga Negara-negara Barat yang Nasrani, gema yang
menggoncangkan balairung-balairung vatikan pada awal usianya yang ke-90 tahun.
Pembicaraan seputar pertentangan dalam injil mendorong
gereja, pusat-pusat study Nashrani dan banyak perguruan tinggi barat membentuk
departemen tersendiri dalam menanggapi dan mendebat Ahmad dan
buku-bukunya melalui penelitian dan study mendalam.
Pemilik toko dan temannya yang dari kalangan pendeta itulah
yang telah menggugah hati dan akal anak ini. Mereka telah membangunkan anak
yang lemah lembut itu hingga mampu menggemparkan dunia bahkan hingga
mengguncang vatikan, menggetarkan gereja-gereja mereka dan membongkar banyak
kekeliruan dalam agama mereka.
Bahkan, orang-orang Nashrani yang telah hancur ajarannya
sangat takut dan waspada terhadap kemunculan Ahmad Deedat yang lain. Dan
ternyata benar, saya sempat membaca sebuah buku yang ditulis oleh seorang
ustadz yang bernama Abu Deedat yang juga menulis buku tentang
keganjilan-keganjilan yang ada dalam Al-Kitab,judul buku tersebut “MADU DAN
RACUN DALAM AL-KITAB”.
Semoga Allah merahmati mereka semua, mereka yang telah
berjuang untuk membela Islam, mengampuni semua dosa mereka , member mereka
pahala yang melimpah atas apa yang telah mereka lakukan demi Islam dan kaum
muslimin, Amiiiin!
Sumber : MADAH
Posting Komentar
Silahkan beri komentar...atau langsung di Buku Tamu...Tentu kami mengharap komentar yang Anda kirim adalah komentar yang menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, jangan lupa cantumkan identitas Anda dan tidak menggunakan Anonim. syukran
youtube downloader