Saya adalah anak kedua dari 7 bersaudara, ketika saya berumur 5 tahun ibu saya
telah di panggil oleh sang pencipta dan adik-adik saya masih berumur
3 tahun dan 6 bulan. Setelah meninggalnya ibuku, saya beserta saudara saya ke
kampung ayah saya. Disana saya tinggal dirumah tante saya bersama adik saya yang masih berumur 3 tahun dan adik saya berumur 6 bulan
tinggal bersama tante saya yang lainnya dan kakak-kakak saya tinggal
bersama saudara bapak saya yang lain dan ayah saya menikah lagi, tapi saya
tidak mau tinggal dengan mereka.
Ketika saya tinggal bersama tante saya sering dimarahi dan
di siksa oleh om saya dan ini tidak di ketahui oleh tante saya, saya hanya diam
dan diam ketika dimarahi dan disiksa sama om. Ketika saya duduk di kelas 5 SD
tante saya mengidap tumor ganas dibagian rahimnya, terpaksa dia harus di
operasi, ketika tante saya akan dibawa ke rumah sakit dia berpesan kepada saya
agar menjadi anak yang sabar dan akur bersama keluarga dan menyayanginya. Pasca
operasi, tante saya pun di pangggil oleh Sang Pencipta dan aku sangat sedih
saat itu. Saya dan adikku tidak tinggal lagi di rumah tante dikarenakan saya
takut dengan om. Saya tinggal bersama tante saya yang lainnya lagi.
Satu tahun kemudian saya telah duduk di bangku kelas 2
tsanawiyah, saya ingin sekali sekolah di pesantren dan selalu berdoa agar doaku
dikabulkan oleh Allah. Dan Alhamdulillah kakek saya ingin menyekolahkan saya
bersama anaknya di pesantren. Dan saya sangat bersyukur telah mendapatkan
hidayah ini.
Setelah saya duduk di bangku kelas 3 tsanawiyah, pada bulan
ramadhan saya pulang ke rumah nenek saya karena libur. Pada saat itu kakak saya
terkena penyakit hepatitis. Saya harus merawatnya karna saya adalah saudaranya.
Kemudian dia di bawa ke puskesmas. Tetapi ayah saya tidak mengetahuinya.
Kemudian saya menelponnya agar dia datang melihat anaknya yang sakit. Ayah saya
berkata, “saya akan usahakan.” Mendengar perkataan itu saya sangat sedih karna
saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kepada kakak saya. Dan kebetulan
kakak sepupu sya seorang perawat dan dia mengusulkan agar kakak saya di bawa ke
puskesmas.
Setelah 2 hari di puskesmas, dokter mengatakan kakak saya
sudah tidak bias ditangani oleh puskesmas. Dan ketika kami pulang dari
puskesmas, ayah saya baru datang. Terpaksa kakak saya di infus di rumah.
Semakin hari penyakit kakak saya bertambah parah dan pada hari ke 21 ramadhan,
kakak saya di panggil oleh Sang Pencipta. Umur kakak saya saat itu masih 20
tahun. Saya sangat sedih tapi harus sabar menghadapinya. Dan ternyata baru
diketahui kakak saya mengidap penyakit lever. Ketika kakak saya dimakamkan,
keluarga dari ibu saya bertanya, “dimana ibu tiri kamu?”.
Saya hanya
mengatakan, “saya tidak tahu”. Setelah 2 hari meninggalnya kakak saya, ibu tiri
saya baru datang dan dia berkata kepada tante saya dengan alasan bahwa dia baru
datang dikarenakan dia tidak mengetahuinya. Padahal dia telah mengetahui
penyakit kakak saya.
Ternyata sepupu ibu tiri saya berkata kepada saya,”ibu tiri
kamu sebenarnya tidak mau datang kesini untuk sekedar melihat kakak kamu karna
kalian semua itu bukan anaknya”. Saya mendengarnya sangat sedih, tapi saya
berdoa mudah-mudahan ini ada hikmahnya. Setelah itu ibu tiri saya kembali ke
kampungnya, dia mengajak ayah saya, tapi ayah saya tidak mau. Dia sadar bahwa
istrinya itu tidak merawat anak-anaknya dengan baik.
3 tahun berlalu, saya dan adik-adik saya telah beranjak
dewasa. Saya sangat bersyukur hidayah ini masih ada pada diri saya. Dan
mudah-mudahan hidayah ini ada pada diriku sampai akhir hidupku hingga akhirnya
saya pun ditakdirkan menuntut ilmu di salah satu ma'had di kota Makassar...Ma'had 'Aly al Wahdah.
Sumber : MADAH
aamin aamin semua butuh kesungguhan untuk mendatangkan seuah perubahan barakallahu fik
BalasHapusAllahumma Amiin,, Allahu yubaarik fiik ya ukhty.. jgn nyerah yakinlah sllu bhwa ada hikmah yg dibalik semua perjalanan hidupmu dan yakinlah pula dg firman Allah "INNA MA'AL'USRI YUSRON"
BalasHapus