Aku adalah remaja yang masih belum terlalu
mengerti tentang bagaimana kehidupan itu,kisah ini bermula ketika aku masih
berusia 15 tahun, aku memiliki banyak teman dengan bermodalkan satu kalimat yaitu……
Aku menjadi orang yang menyenangkan untukmu. Saya memiliki seorang teman
bernama mustofa. Di sekolah dia (Mustofa )dikenal sebagai siswa yang sederhana
dalam segala hal. Yang membuat saya heran, kadang dia tidak ke sekolah tanpa
kabar dan itu selalu terulang,sampai-sampai para guru mengirim surat untuk
orang tua mustofa.
Berbeda dengan siswa sebayanya, dia orangnya
agak pendiam dan tidak ada satu orang pun yang tahu tentang dirinya, tentang
kehidupan pribadinya apalagi.
Saya masih teringat perbincangan terakhir dengan mustofa sehari sebelum
dia pergi, di pagi yang cerah tersebut dia masuk ke dalam kelas seraya
memberikan salam kemudian dia ingin meminjam sesuatu.
Keesokan harinya, seperti biasa setiap pukul
7.30 semua siswa memasuki ruangan masing-masing untuk belajar. Ternyata sebelum
para guru memberikan materi, tersiar kabar yang sangat mengagetkan, bahwa Mustofa
meninggal dunia sekitar 2 jam yang lalu, para siswa kaget dan seolah tidak
percaya.
Hari itu kami (terutama yang telah duduk
dibangku kelas 3 SMP) semua datang kerumah Musthofa dengan jantung berdegup
sekencang-kencangnya,antara rasa percaya dan tidak percaya kalau Mustofa
meninggal dunia. Setelah perjalanan sekitar 20 menit,saya sampai didepan rumah
Mustofa dan kaki saya seolah-olah lumpuh karna langkah saya terhenti,setelah
melihat rumahnya yang hampir roboh dan bagaimana para pelayat harus rela antri
satu demi satu.
Semua fakta terungkap hari itu,ternyata
seorang Mustofa ditinggalkan oleh kedua orangtuanya semenjak ia masih kecil, orangtuanya
pergi mencarikan nafkah untuk Mustofa, kakak, serta neneknya. Beberapa tahun
kemudian kakak mustofa pergi juga dan tinggallah Mustofa dan neneknya.
Jawaban mengapa Mustofa kadang tidak kesekolah
tanpa kabar ternyata alasannya hanya karena dia memiliki hutang sebesar Rp2.000
(denda karena telat mengembalikan buku perrpustakaan), mungkin bagi orang lain
uang sebesar Rp2.000 itu tidak berguna, tapi tidak untuk mustofa (uang Rp2.000
sangat besar nominalnya) dan ternyata seorang mustofa menjadi tulang punggung
keluarga terutama untuk neneknya dan bahkan dalam satu hari kadang dia tidak
makan sama sekali dan kalaupun dia memiliki uang untuk makan, dia hanya mampu
membeli beras tanpa lauk.
Dia memiliki pekerjaan sebagai buruh (mengangkat
alat-alat dekorasi ketika ada orang yang menikah )dan upahnya hanya Rp10.000 dan
pagi itu merupakan perjalanan pulang menuju rumahnya setelah bekerja seharian
di tempat pernikahan yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya di perjalanan
pulangnya itulah ia mengalami kecelakaan (jatuh dari mobil truk) yang
mengakibatkan kepalanya mengalami pendarahan yang sangat banyak, sehingga ia
tidak bisa diselamatkan.
Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu
dustakan?
Sumber : MADAH
maa sya ALLAH, rahimahullahu, semoga Allah mengampuni dosanya dan memberikan tempatnyaa di surga.
BalasHapus