Diya wanita pendiam. Penyendiri dan dikenal aneh sama teman-temannya.
Tidak ada satu temannya pun yang tahu latar belakangnya. Dia tidak pernah
tampak punya teman dikampusnya. Suatu hari diya datang ke kampus dengan memakai
rok panjang,baju lengan panjang dan kerudung kecil. Penampilannya yang demikian
selalu ia kenakan setiap kali ia bari saja kembali dari rumahnya. Ini bukan
kali pertama jadi tidak ada yang heran. Semua sudah menganggapnya hal yang
biasa padanya. Jadi kerap kali keberadaanya tidak digubris karena dia sendiri
wanita yang agak introvek,ia tidak ambil pusing.
Tidak seperti sebelumnya dia bertahan dengan penampilannya
agak lama. Ada kira-kira dua minggu ia tidak memakai jubah,kerudung
besar,apalagi cadar. Ia juga jarang berada di wisma. Di majelis ta’lim pun
jarang ada. Pergi pagi buta pulang sore petang. Begitu berhari-hari ia jalani.
Ketika salah seorang akhwat menanyakan perihal aktivitasnya di luar kampus,dia
menjawab mengajar privat di sebuah toko baju. Dan ketika di singgung tentang
penampilannya yang sekarang ,dia tidak berkomentar apapun. Bahkan ketika ia
dinasihati,ia hanya tersenyum ringan.
Sikap diya yang sulit dimengerti itu akhirnya sampai juga ke ketua wisma,.
Diya sempat dipanggil dan dinasehati macam-macam.tapi hal tersebut tidak
menjadikan diyabicara sebagaimana mereka harapkan.
Diya tetap diam. Kalaupun
merasa terdesak harus menjawab pertanyaan, ia menjawabnya dengan senyuman yang
terpaksa.
Diya terus menerus dibicarakan, bahkan dijauhi. Nasehat dari
semua temannya_baik diwisma, kampus, sampai teman ta’lim terus mengalir
untuknya. Hingga suatu hari, ketika hampir semua temannya menasehatinya dalam
waktu bersamaan, diya mulai bicara. Semua terpanah. Tidak menyangka mengetahui
sesuatu yang selama ini tidak seorang pun tahu. Diya ambil koper besarnya .
menjatuhkannya didepan teman-temannya, membukanya dan menunjukkan isinya
berupah jubah dan cadar yang sobek digunting-gunting. Tidak seorang pun yang
bicara saat itu. Yang ada hanya rasa menyesal
telah lebih banyak bersu’udzan. Ketika suasana hening , diya bicara
tenang deng ketegaran dan kesabaran yang luar biasa.
Orang tua diya membenci penampilannya. Bajunya, cadarnya,
semuanya. Tak pelak, setiap kali diya pulang , pakaiannya selalu disobek-sobek.
Tak disisakan satu pun. Kalaupun kemudian diya bias memakai jubah dan cadar
lagi, tidak lain adalah honor dari mengajarnya. Dan nanti, diya akan
kehilanganjubah-jubah dan cadarnya ketika orang tuanya mengetahuinya. Begitu
seterusnya hingga orang tuanya memboikot uang bulanannya.,uang kuliahnya dan
semuanya.
Seatelah menceritakan semuanya, diya tersenyum bahagia
sambil menunjukkan sebuah bingkusan. Ia berkata pada teman-temannya,
“Alhamdulillah, mulai besok aku mulai memakai jubah dan cadar lagi…”
Dan sungguh, kesabarannya kini membuahkan hasil yang nyata.
Atas pertolongan Allah SWT, sikap keras orang tuanya telah melunak. Bahkan
ibunya yang dulu adalah orang yang selalu menyobek jubah, jilbab dan cadarnya,
kini menjadi senang membuatkan jubah dan jilbab untuknya. Dia juga bisa
membantu mengarahkan adik laki-lakinya yang mulanya ‘’hancur” menjadi lebih
baik dan mengikutinya dijalan Al Haq yang ditempuhnya. Semoga Allah Subhaanahu
wa ta’ala senantiasa merahmti dan memberikan
kebaikan padanya. Aamiin
Sumber : MADAH
Posting Komentar
Silahkan beri komentar...atau langsung di Buku Tamu...Tentu kami mengharap komentar yang Anda kirim adalah komentar yang menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, jangan lupa cantumkan identitas Anda dan tidak menggunakan Anonim. syukran
youtube downloader