Perjuangan Diya

0 komentar
Diya wanita pendiam. Penyendiri dan dikenal aneh sama teman­­-temannya. Tidak ada satu temannya pun yang tahu latar belakangnya. Dia tidak pernah tampak punya teman dikampusnya. Suatu hari diya datang ke kampus dengan memakai rok panjang,baju lengan panjang dan kerudung kecil. Penampilannya yang demikian selalu ia kenakan setiap kali ia bari saja kembali dari rumahnya. Ini bukan kali pertama jadi tidak ada yang heran. Semua sudah menganggapnya hal yang biasa padanya. Jadi kerap kali keberadaanya tidak digubris karena dia sendiri wanita yang agak introvek,ia tidak ambil pusing.


Tidak seperti sebelumnya dia bertahan dengan penampilannya agak lama. Ada kira-kira dua minggu ia tidak memakai jubah,kerudung besar,apalagi cadar. Ia juga jarang berada di wisma. Di majelis ta’lim pun jarang ada. Pergi pagi buta pulang sore petang. Begitu berhari-hari ia jalani. Ketika salah seorang akhwat menanyakan perihal aktivitasnya di luar kampus,dia menjawab mengajar privat di sebuah toko baju. Dan ketika di singgung tentang penampilannya yang sekarang ,dia tidak berkomentar apapun. Bahkan ketika ia dinasihati,ia hanya tersenyum ringan.

Sikap diya yang sulit dimengerti  itu akhirnya sampai juga ke ketua wisma,. Diya sempat dipanggil dan dinasehati macam-macam.tapi hal tersebut tidak menjadikan diyabicara sebagaimana mereka harapkan. 

Diya tetap diam. Kalaupun merasa terdesak harus menjawab pertanyaan, ia menjawabnya dengan senyuman yang terpaksa.

Diya terus menerus dibicarakan, bahkan dijauhi. Nasehat dari semua temannya_baik diwisma, kampus, sampai teman ta’lim terus mengalir untuknya. Hingga suatu hari, ketika hampir semua temannya menasehatinya dalam waktu bersamaan, diya mulai bicara. Semua terpanah. Tidak menyangka mengetahui sesuatu yang selama ini tidak seorang pun tahu. Diya ambil koper besarnya . menjatuhkannya didepan teman-temannya, membukanya dan menunjukkan isinya berupah jubah dan cadar yang sobek digunting-gunting. Tidak seorang pun yang bicara saat itu. Yang ada hanya rasa menyesal  telah lebih banyak bersu’udzan. Ketika suasana hening , diya bicara tenang deng ketegaran dan kesabaran yang luar biasa.

Orang tua diya membenci penampilannya. Bajunya, cadarnya, semuanya. Tak pelak, setiap kali diya pulang , pakaiannya selalu disobek-sobek. Tak disisakan satu pun. Kalaupun kemudian diya bias memakai jubah dan cadar lagi, tidak lain adalah honor dari mengajarnya. Dan nanti, diya akan kehilanganjubah-jubah dan cadarnya ketika orang tuanya mengetahuinya. Begitu seterusnya hingga orang tuanya memboikot uang bulanannya.,uang kuliahnya dan semuanya.

Seatelah menceritakan semuanya, diya tersenyum bahagia sambil menunjukkan sebuah bingkusan. Ia berkata pada teman-temannya, “Alhamdulillah, mulai besok aku mulai memakai jubah dan cadar lagi…”  
Dan sungguh, kesabarannya kini membuahkan hasil yang nyata. Atas pertolongan Allah SWT, sikap keras orang tuanya telah melunak. Bahkan ibunya yang dulu adalah orang yang selalu menyobek jubah, jilbab dan cadarnya, kini menjadi senang membuatkan jubah dan jilbab untuknya. Dia juga bisa membantu mengarahkan adik laki-lakinya yang mulanya ‘’hancur” menjadi lebih baik dan mengikutinya dijalan Al Haq yang ditempuhnya. Semoga Allah Subhaanahu wa ta’ala senantiasa merahmti dan memberikan  kebaikan padanya. Aamiin

Sumber : MADAH


Posting Komentar

Silahkan beri komentar...atau langsung di Buku Tamu...Tentu kami mengharap komentar yang Anda kirim adalah komentar yang menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, jangan lupa cantumkan identitas Anda dan tidak menggunakan Anonim. syukran























youtube downloader