Kisah Seorang Ibu dari Perang falujjah 2 ( Kisah Nyata )

0 komentar
Semoga Allah merahmati anak-anakmu wahai ibu..



Ummu Asy-Syuhada dan kenangannya tentang Falujjah…Akhirnya, sekelompok ***** bertemu dengan Hajjah “Z.M” yang telah dikenal sebagai ibunda para syuhada dikarenakan andilnya di perang Falujjah kedua.

Setelah menempuh waktu dua bulan pencarian… Tidak ada seorang pun yang tertinggal kecuali pasti kami tanyakan tentang UmmuAsy-Syuhada namun jawaban yang kami dapatkan simpang siur. Ada yang mengatakan ia telah menghilang atau meninggal. Informasi lain menyebutkan ia telah pergi menuju sebuah perkampungan dipinggir Falujjah untuk melihat anak perempuannya.



Ummu Asy-Syuhada, umurnya 62 tahun, ibu dari tiga perwira Islam; Ahmed, Muheeb dan Umar. Putra-putra itu semua telah syahid (Insha Allah) dalam perang kedua di Falujjah.

Ia tinggal seorang diri di sebuah rumah mungil di Falujjah menghabiskan umurnya dengan bekerja bercucuran keringat – meskipun di usianya yang senja – membuat beberapa sapu untuk kemudian dijual di daerah-daerah sekitar. Ia menolak semua bantuan yang diberikan padanya baik dari pedangan dan orang kaya di Falujjah. Iajuga dikenal sebagai seorang yang doanya senantiasa terkabul. Anda akan menemukan orang-orang mengunjunginya untuk memintanya mendoakan merekasetiap harinya. Banyak dari mereka adalah wanita yang akan melahirkan atau mereka yang akan pergi bersafar, sakit dan bahkan ada pula paramujahidin. Para mujahidin itu datang padanya sebelum operasi dilakukan, memintanya untuk berdoa pada Allah agar menepatkan tembakan dan melindungi mereka.

Kami menuju rumahnya dan ia sedang memperbaiki beberapa sapu di kebun. Kebunnya sempit namun asri dengan pohon palm nan hijau menghiasi sertalima ekor ayam yang setia menemaninya.

“Assalamu’alaikum, wahai amah (bibi)!”

“Walaikumussalam warahmatullaahi wabarakatuh. Ahlan anakku, masuklah!.”

Kami masuk kedalam rumah lalu duduk di permadani yang dibuat dari bulu domba. UmmuAsy-Syuhadamelihat kamera dan buku catatan yang kami bawa, segeraia meletakkan apa yang ada ditangannya di sisi tubuhnya sembari berucap ramah: “Selamat datang anakku, apakah ada yang bisa saya bantu”

“Amah, Kami dari *****, kami ingin mendengar tentangkisah Falujjah selama peperangan yang kedua dari anda jika tidak keberatan”

Disini UmmuAsy-Syuhadamemandang keheranan dan mengatakan : *****?Dari mana kalian berasal? Aku tidak pernah mendengar tentang nama itu di televisi”

“Oh Ummi, itu adalah sebuah situs Islam di internet yang memperhatikan umat Muslim di Iraq dan negari-negerimuslim lainnya”

UmmuAsy-Syuhadatertawa dan mengatakan “Wallahi anakku, aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Bagaimanapun, aku persilahkan untuk bertanya dan aku akan menjawabmu Insha Allah”

“Kami ingin anda bercerita tentang peperangan Falujjah yang kedua”

Secara reflek sang wartawan segera memfokuskan lensa kamera kearah Ummu Asy-Syuhada, bagaimanapun ia tidak berniat untuk merekam Ummu Asy-Syuhada.

Sejurus Ummu Asy-Syuhadamengatakan “Wallahi anakku, aku tidak suka kamera ini. haram bagiku dan aku adalah ibumu, seorang wanita yang terjaga. Tidak peduli setua apapun aku, aku tetap seorang wanita dan aku tidak mengizinkan apa yang telah Allah larang untuk wanita”.

Hajjah Zakia UmmuAsy-Syuhada memulai menceritakan kisahnya:

“Aku adalah seorang wanita tua di Falujjah yang percaya bahwa Allah adalah benar, sehingga Allah memberi cobaan pada hambanya yang perempuan dan laki-laki…. dan aku memohon dari-Nya semoga ia menerima agar aku dapat melewati cobaan melelahkan ini, demi Allah.

Suamiku telah wafat sepuluh tahun yang lalu, ia seorang suami yang sangat baik, semoga Allah merahmatinya. Aku dikaruniai tiga anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Mereka adalah Ahmad, Muheeb, Umar dan Khulood. Ahmad yang tertua, usianya tiga puluh lima tahun disusul Khulood, Muheeb dan si bungsu Umar. Suamiku dan aku mengabdikan diri kami untuk membesarkan mereka, memperhatikan mereka dan melihat pertumbuhan mereka.

Ayah mereka –semoga Allah menempatkannya di Jannah- turun langsung mendidiksampai mereka dewasa hingga lulus kuliah. Mereka tetap menjaga kedekatan pada masjid sejak kecil hingga mereka meninggal. Mereka bergabung dengan kelompok mujahidin di Falujjah setelah berhenti bekerja.

Kisah ini adalah kisah keluarga yang mengawali kisah Falujjah sehingga menjadi sebuah cerita yang panjang. Aku akan meringkas kisah ini karena aku sedang berpuasa dan aku pun memiliki banyak pekerjaan di rumah, terlebih ada orang-orang yang sudah membayarku untuk memperbaiki sapu-sapu mereka.

Sepekan sebelum pertempuran kedua di Falujjah, aku bercengkrama dengan anak-anak laki-lakiku Ahmad, Muheeb dan Umar,semoga Allah merahmati mereka,di rumah tua kami di daerah Al-Shuhda’a (Asy-Syuhada -ed). Ketika itu sore hari, kami minum teh bersama-sama. 

Mereka sedang mencoba membujukku untuk pergi ke rumah saudari perempuan mereka di sebuah kampung di luar Falujjah. Mereka mengkhawatirkan keselamatanku karena pertempuran yang akan datang. Amerika, Syiah dan Kurdis, mereka bergabung seperti serangga mengepung empat gerbang Falujjah.

Aku menolak usulan ini dan mereka,semoga Allah merahmati mereka, merengek padaku agar mau pergi, terutama Umar, yang terkecil di antara anak laki-lakiku. Ia mengatakan padaku: “Wahai ummi, tinggalkanlah Falujjah dan tinggalkan kami untuk bertempur sementara itu hati kami tenang akan dirimu. Pergilah, atau aku akan memaksamembawamu dengan mobil pickup”.

Lama membujukku, semoga Allah merahmatinya. Umar memiliki sifat periang dan semua teman-temannya mencintainya karena pancaran cahayanya. Bahkan ia memanggilku hajji bukan hajjah sembari berkata: ”Keberaniamu adalah untuk pria bukan untuk wanita”

Semua bujuk rayu mereka aku tolak mentah, aku katakan : “Aku akan tetap tinggal dan memasak untuk mu, untuk kelompokmu dan merawat lukamu. Aku tidak akan meninggalkan Falujjah selama kamu ada di dalamnya. Wallahi, aku tidak dapat meniggalkan hatiku di Falujjah dan pergi begitu saja”

Melihat ketetapanku, mereka meniggalkan ku seorang diri,semoga Allah merahmati mereka, dan keputusan terakhir kami adalah kami tetap tinggal di Falujjah sampai akhir pertempuran, baik memperoleh kemenangan maupun kesyahidan. Alhamdulillah putera-puteraku mendapatkan salah satu yang kita harapkan, mencapai kesyahidan.

Ahmad, Muheeb dan Umar, masing-masing mereka berada dalam kelompok yang berbeda dan mereka mendiskusikan diantara mereka sendiri tentang sebuah rencana untuk tetap menjaga komunikasi selama pertempuran.

Aku mendengar percakapan mereka dengan sedih sebagaimana aku mengenang mereka ketika mereka masih kanak-kanak, bagaimana ayah mereka memegang mereka dan bermain dengan mereka, bagaimana mereka tumbuh, bagaimana mereka melewati bangku sekolah dan diakhiri bagaimana janggut dan kumis mereka tumbuh.

Sampai-sampai aku mengenang masing-masing dari mereka bagaimana mereka merencanakan rencana pertama hidup mereka. Aku juga mengenang kegembiraanku saat hari pertama mereka melangkah, dan ketika gigi pertama mereka tumbuh dan aku mentahnikkan jari ku pada mereka untuk di kunyah dan kemudian tertawa pada mereka. Juga hari pertama mereka di sekolahdengan tas mungil mereka.

Aku menangis dalam sepi, khawatir bercampur keraguan. Sebelumnya aku yakin bahwa mereka akan syahid dalam pertempuran. “Beritahu padaku, apa yang anda pikirkan jika semua anak-anakmu meninggal, maka apa yang akan kau lakukan?”

Dengan kesedihan dan pilu ini, aku tetap berdoa pada Allah bahwa ia akan mengambil jiwa ku juga sehingga dukaku kan lenyap dan aku tidak merasakan lagi lara anak-anakku.

Ummu Asy-Syuhada menitikkan air mata yang mengalir jatuh mengikuti keriput wajahnya, tangisan tanpa suara dan sejujurnya, kami pun menangis bersama.

Tiba-tiba ia berdiri dan berkata lirih: “Permisi, aku mau melihat sup, aku khawatir gosong.”

Kami mengetahui ia tidak pergi ke dapur, kami mendengar tangisnya di sebuah ruangan dengan jendela yang menghadap kebun. Tangisan- yang berbeda dari tangisan perempuan yang meraung- doa datang dari wanita renta ini yang memanjatkan:

“Allahuma yang Maha Merajai dan Mengurusi siapa saja orang yang datang padanya dan janganlah menolak mereka ataupun tidak mengabulkan permintaan mereka bahkan jika mereka dihukum untuk mati. Ya Allah dan Engkaulah Raja dari Segala Raja, aku berdiri disini, di pintumu untuk memohon pada-Mu agar mengambil jiwaku karena kerinduanku pada putera-puteraku dan suamiku. Tidak satupun yang akan membuatku bertahan di kehidupan ini. Ya Allah, janganlah menolakku, seorang janda miskin yang semua puteranya telah tiada. Ya Allah yang Maha Menyanggupi, janganlah biarkankan aku ternggelam dalam kesedihan.”

Beberapa menit kemudian UmmuAsy-Syuhada kembali, matanya memerah karena tangis. Ia bersandar pada sebuah tongkat yang tidak ia gunakan ketika pertama kali tadi kami melihatnya dan seakan tubuhnya ambruk karena tangisan dan kelemahan. Dengan senang ia mengatakan: “Gas yang kami gunakan untuk kompor itu telah habis dalam satu hari. Aku yakin mereka menipu kita dan menjualnya kepada kita dengan harga yang tinggi. Semoga Allah memaafkan mereka”.Wanita tua itu tidak mengetahui bahwa kami mendengar tangisan dan doanya.

Ia melanjutkan kisahnya: “Pada tanggal 11 Juli 2004 terjadi pemboman sporadis dan intensif sebagai upaya untuk menembus benteng Falujjah dari utara. Mereka melemparkan bom-bom yang sangat menyala. Saat itu pukul sebelas malam, aku sedang sendirian dirumah dan aku memulai membaca apa yang aku hafal dari Al-Qur’an sampai aku menyelesaikan semua surat-surat pendek yang aku hafal. Kemudian aku bangun untuk berdoa pada Allah, yang pertama untuk kemenangan dan yang kedua agar ia melindungi putera-puteraku. Aku tidak tertidur malam itu, hingga waktu fajr.

Aku merasa Umar berdiri di dekat kepalaku saat aku berada di atas sajadah. ia mengatakan padaku : “Oh ummi, aku melihatmu tidak tidur. Kami semua baik-baik saja dan aku bersama Muheeb dan Ahmad, mereka semua baik-baik saja dan mereka ingin engkau membuat cukup makanan dan teh untuk empat belas Mujahidin. Apa yang engkau pikirkan, tidakkah engkau menginginkan pahala?”

Wallahi, aku sangat bahagia dengan tamu-tamuku sehingga dengan cepat pergi kedapur dan menyiapkan makanan yang cukup untuk empat belas pria. Teh dan roti panas aku siapkan dengan cepat.

Aku keluar dengannya dengan cepat ke pintu dan membantunya untuk membawakan makanan ke dalam mobil. ia mengatakan: “Oh ummi, makan siang ini atas mu, saudaraku Muheeb menjadi sukarelawan makan siang bagi Mujahidin Arab.”

Aku sholat Fajar dan berdoa pada Allah agar ia melindungi mereka semua. Sementara itu Falujjah masih tetap menjadi target serangan pesawat dan rudal Amerika. Setiap terjadi ledakan, atap diatas kepalaku seoalah-olah akan runtuh. Aku kembalikan kepada Allah dengan Doa dan Al-Qur’an. Aku akan menyiapkan makan siang untuk mereka.

Muheeb datang dan mencium tanganku sebagaimana yang biasa ia lakukan. ia meminta padaku jika saudara-saudaranya datang, mereka harus bertemu dengannya, penting pesannya. Aku bertanya padanya tentang masalah itu dan ia menjawab “Ummi, hanya soal sederhana. Tak perlulah engkau risaukan.”

Segera ia berlalu. Pandangan mataku mengikutinya hingga ia jauh. Muheebdikaruniai badan yang tinggi dan kekarsemoga Allah merahmatinya.

Hari berikutnya – dan aku telah memanggang lebih dari dua ratus roti sampai tanganku kelelahan menguleni adonan dan aku pun menyiapkan dua panci besar nasi dan rebusan – Anak-anakku semua datang dan tinggal denganku hingga jam satu malam. Aku menciumi mereka seolah-olah mereka masih kecil dan aku terus memandang mereka dengan erat seolah aku tahu bahwa aku tidak akan melihat mereka lagi setelah hari itu.

Wallahi, aku tidak akan melupakan ciumanku atas mereka selama aku hidup. Ayah mereka wafat dan tidak ada satupun didunia ini yang menggantikannya kecuali anak-anak ini. Wallahi, aku mengenal satu persatu wangi mereka. Setelah satu jam mereka pergi bersama-sama sembari membawa makanan, mereka mencium kening dan tanganku dan mengatakan padaku :
“Wahai ummi, berdoalah untuk kami karena Allah”

Aku katakan pada mereka: “Mengapa engkau bersumpah atas nama Allah, aku selalu berdoa untukmu siang dan malam”

Mereka menjawab: ”Bukan untuk kami, tetapi untuk seluruh Falujjah”

Mereka pergi dan aku tidak pernah melihat mereka kembali, selamanya…

<bersambung...>
Sumber : MADAH



Posting Komentar

Silahkan beri komentar...atau langsung di Buku Tamu...Tentu kami mengharap komentar yang Anda kirim adalah komentar yang menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, jangan lupa cantumkan identitas Anda dan tidak menggunakan Anonim. syukran























youtube downloader