Sebelum tsunami saya tidak pernah kenal dengan sunnah, keluarga ana
memang sangat paham tentang agama,akan tetapi tetap melakukan hal-hal yang
bid’ah. Ana tetap beribadah kepada Allah, akan tetapi, ana merasa ada yang
hilang dalam diri ana, rasanya ada yang
belum lengkap dalam dengan ibadah ana.
Pada saat terjadi tsunami , sangat banyak masuk organisasi-organisasi ke Aceh.
Ana tambah bingung, sebenarnya apa sih hidup ini , kenapa ada kehidupan seperti
ini, itu kata hati ana, pertanyaan yang selalu menghantui yang belum ada
jawabannya. Ana hanya bisa menangis, rasanya hampa kehidupan ini tdak ada
tujuan.
Ana orang yang tidak dipengaruhi,
akan tetapi, ana bisa bergaul dengan siapapun, dan ana dulu sangat pendiam dan
selalu meresapi setiap ucapan orang lain. Pada saat itu ana dan keluarga ana
tinggal di camp pengungsian. Ana bergaul sama laki-laki tapi tetap ada
batasannya, berkawan karena tidak ada kawan lain seperti yang ana inginkan.
Disuatu malam ada seorang kakak yang mengajak ana untuk mengikuti pengajian,
ana mengira Cuma mengaji Al-Qur’an, rupanya mengkaji islam. Ana melihat yang
mengisi memakai pakaian jubah yang rasanya ana nyaman disampingnya, seakan-akan
ana hampir menemukan yang ana cari selama ini,ana tetap penasaran dengan
ustazah itu akan kajian yang disampaikan atau yang diberikan kepada kami.
Pada saat itu ana kelas 3 SMP, ana tidak tahu mau cerita sama siapa,
dalam shalat, mengaji, ana selalu menangis tapi tidak tahlu mengapa. Kemudian
ana minta nomor Hp ustazah itu “Ana bilang kapan ada kajian lagi tolong sms
ana. Ustazah itupun mengabari jika ada kajian.
Kajian itu dilaksanakan setiap satu ahad sekali, ana selalu mengikutinya
bersama teman –teman yang lain, akan tetapi Cuma ana disitu yang kecil, kajian
selalu dimulai jam 3 siang. Ana selalu datang lebih awal agar bisa dialog lebih
banyak dengan ustazah.
Ana selalu mempersiapkan pertanyaan disebuah buku untuk ditanyakan yang
berkaitan dengan masalah agama. Lama-kelamaan baru ana sadar begitu jauh ana
memahami islam. Dan dulunya ana pendiam setelah itu, kemudian an menjadi JUBIR
(juru bicara) disetiap acara, ana terus mengikuti kajian walau kulit ana
dibakar oleh panasnya sinar matahari, ana merelakan tdur ana hanya untuk
mengikuti pengajian, semua kuluarga ana tidak mengizinkan ana untuk mengikuti
pengajian seperti itu, karena ditakutkan sesat. Tapi, ana tidak langsung
percaya, ana terus mencari dan membedakan antara kesesatan dengan kebenaran.
Dan masya Allah dngan hidayah dari Allah pertanyaan yang selalu menghantui ana,
terjawab dengan izin Allah dari pengajian yang ana ikuti, dari situ anan
berubah dalam segala hal. Dan itu sangat dirasakan oleh keluarga dan
masyarakat, hamper semua keluarga dan saudara/i ana mengatakan ana sesat. Ana
yakin suatu hari nanti Allah pasti akan memperlihatkan mana yang sesat dan mana yang benar.
Sungguh da’wah itu sulit dan sangat berat. Tapi dengan berbagai cara,
walaupun itu pahit ana berusaha menyamaikan sunnah yang diajarkan Nabi SAW.
Mulai dari hal yang kecil, sungguh masya Allah, ana berbeda dengan keluarga
ana. Ana berusaha menyampaikan sunnah, keluarga ana melakukan hal bid’ah. Pada
saat itu ana hanya bias curhat kepada Allah. Waktu terus berjalan, ana tetap
mengikuti kajian dan mengajarkan akhwat lainya, sungguh erat ikatan ana dengan
akhwat, kemana pun ana pergi ana tidak ingat rumah tetapi kema’had akhwat.
Selesai ana di SMA, ana ingin masuk pesantren tapi tidak diizinkan sama
orang tua,ditakutkan ana akan mempelajari ilmu sesat, boleh kepasantren tapi
pasantren bi’dah yangmenurut pemahaman mereka sunnah.
Orang tua ana juga menginginkan ana menjadi seorang Bidan, ana watu itu
lebih memilih masuk AKBID dari pada pesantren bid’ah. Dikampuspun awal ana
masuk sangat sulit, karena ana memakai gamis, sedangkan disitu harus memakai
celana. Alhamdulillah ana minta keteguhan hati dan keistiqomahan sama Allah,
“Berkata dalam hati yang kecil” biarkan ana dido dari kampus daripada ana
lepaskan baju ini yang awalnya susah ana mulai. Teman-teman dan Dosen benci
sama ana karena tidak taat peraturan . ana tetap menghadapi masalah dengan
senyuman dan penuh harp sama Allah Subahanahu wa Ta’ala.
Awal semester dosen mempegaruhi
nilai ana, karena ana tidak taat peraturan, padahal ana tahu nilai ana bukan
segitu, sselama ini ana mampu baik dalam kelas maupun diluar kelas. Tapi ana
tetap tegar “terbesik dalam hati” “ini cobaan.” Ana tetap belajar seperti
biasa, dan Alhamdulillah ana bias mencapai nilai mumtazah diAKBID. Ana tetap
ikut kajian dan mengisi kajian dikampus lain dengan ilmu yang sangaat terbatas, dari situlah ana sangat mengingikan
belajar dipasantren agar ana bias membagi ilmu ke yang lainnya, tapi ana tetap
sabar, mungkin Allah telah mentakdirkan ana seperti ini hanya belajar dimajelis
ilmu dan tarbiyah.
Dari kejauhan ana tetap dipantau oleh keluarga apa yang ana lakukan,
Alhamdulillah dengan keteguhan dan pertolongan dari Allah, dari dosen yang
tadinya benci sama ana akhirnya mereka suka, malahan ingin belajar agama
sama-sama. Dan keluarga anapun dengaan hidayah dari Allah sudah bias menerima
sunnah walaupun masih berat dilakukan, tetapi ana tidak paksa, sedikit
demi-sedikit ana menda’wahkan mereka, walaupun sangat sulit, kemudian setelah 3
tahun diAKBID ana lulus tapi tidak mengikuti WISUDA (karena banyak hal yang bid’ah
yang menginjak2 isi Al-Qur’an). Alhamdulillah ana mendapat nilai bagus.
Setelah ramadhan 2011 kemaren itu ana sudah ingin menikah, sebenarnya
sewaktu ana kuliah sih..,ana sudah ingin menikah Cuma belum ada waktunya, dan
tidak ada izin dari orang tua. Dan masya Allah dibulan syawwal ana dilamar oleh
seorang ikhwah yang baru pulang dari STIBA, setelah ana shalat istikharah, ana
menerima lamarannya, orang tua ana juga setuju, akan tetapi hamper tidak jadi
karena rencana, karena ana mau dibawa keMakassar. Dengan doa dan usaha, dalam
doa ana selalu meminta yang terbaik menurut Allah. Dan Alhamdulillah inilah
yang terbaik menurut Allah, dari mulanya orang tua yang sangat keras akhirnya
diterima. Dan tidak sampai satu ahad kami menikah dengan sangat-sangat sederhana
dan dengan sunnah Nabiyuna.
Awalnya keluarga ana tidak menerima pernikahan yang seperti itu, bikin
malu keluarga saja “katanya”, ana tetap menjelaskan bagaiman pernikahan yang
diridhai Allah SWT, dan Alhamdulillah akhirnya mereka setuju dangan keinginan
ana.
Setelah aqad nikah dan walimah, suami ana mengurus pendaftaran ana masuk
STIBA, setelah satu pekan disana kami berangkat sama-sama dan belajar diSTIBA.
Masya Allah Allah tahu apa yang diinginkan oleh seorang hamba, dengan kesabaran
selama ini, Allah menjawab doa-doa ana. Dengan ana menikah ana akhirnya ana bisa belajar, dan kalau bukan
karena umat dan akhwat yang pernah ana tarbiahi mereka dan kaum muslim lainnya,
mungkin ana tidak menuntut ilmu jauh2 kemakassar ini.
Dan ana mengharapkan kepada Allah agar kami disini diberikan kesabaran
dalam menuntut ilmu sya’I, dan kami tinggal pisah hanya karena Allah dan umat,,
INSYA ALLAHU TA’ALA.
Sebelum ana menikah keluarga ana tidak tahu kalau selama ini ana ngisi
kajian, setelah menikah barulah mereka tahu, apa sebenrnya yang ana lakukan
diluar sana, dan Alhamdulillah mereka sekarang dekat dengan sunnah.
Masya Allah, Allahu Akbar, jadikan lah sifat sabar dalam kehidupan dan
berusahalah istiqamah dijalannya, insya
Allah, jika semua orang membenci kita, yakinlah Allah mencintai kita, jangan
takut manusia membenci kita, tapi pikirkan bagaimana Allah marah? Lakukanlah
walaupun itu pahit. Kalau bukan kita yang menyelamatkan sunnah, siapa lagi?
Kalau bukan sekarang , kapan lagi?
Sumber : MADAH
Posting Komentar
Silahkan beri komentar...atau langsung di Buku Tamu...Tentu kami mengharap komentar yang Anda kirim adalah komentar yang menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, jangan lupa cantumkan identitas Anda dan tidak menggunakan Anonim. syukran
youtube downloader